Assalamualaikum guyys...
Yah, di sini gue mau share pengalaman gue tentang bagaimana gue menemukan Islam.
Liat dari judulnya, mungkin ada yang bertanya-tanya, "emang Adilah dulunya bukan islam?". Oke, gue luruskan dulu, gue lahir dari keluarga Islam. Tapi bagaimana pun, semua orang pasti pernah menemui titik di mana dia mencari jati dirinya bukan? Jadi tetep aja walaupun lahir dari keluarga Islam, gue juga melalui proses pencarian agama sampe akhirnya memilih untuk beragama Islam.
Jadi, dari kecil gue sekolah di sekolah Islam. Gue dulu nurut banget kalau tentang agama. Ngga pernah bantah, terus juga rajin baca sejarah sama fiqih Islam, anak rohis juga. Terus waktu smp (kelas 9) gue mulai mikir tentang "kira-kira, apa ya bukti kalau Allah itu ada, dan kenapa ngga bisa diliat?" Gue pun jadi sering leyeh-leyeh tiap habis bangun tidur. Melamun gitu deh 1 jam-an. Akhirnya logika gue menganalogikan dunia ini seperti sebuah program komputer (saat itu gue hobi belajar pemrograman, jadi agak paham sama logika pemrograman walaupun belum mateng). Gue berfikir bahwa manusia itu seperti sebuah program. Program nggak mungkin ada kalau ngga ada programmernya, begitu juga manusia, terus juga program komputer cuma bisa "liat" code code 10101 aja, dia ngga akan bisa liat hal selain itu, jadi dia ngga akan mungkin liat manusia karena manusia bukan seperti angka 10101, begitu juga manusia, manusia cuma bisa liat warna. Untuk membayangkan sesuatu yang ngga ada warnanya sama sekali aja ngga bisa, apalagi liat Allah. Jadi kenapa manusia ngga bisa liat Allah itu karena keterbatasan manusia itu sendiri yang hanya bisa melihat warna. Di situ gue pun jadi yakin kembali.
Sampai suatu hari saat gue SMA, gue lagi main secret (aplikasi yang lagi ngehits gitu pada jamannya, tapi gara-gara berefek buruk ke mental para penggunanya, aplikasinya sekarang udah diblokir). Nah pas gue lagi main secret, gue menemukan suatu forum yang judulnya "brainstorming". Biasanya, brainstorming tuh bahasannya menyangkut filosofis ketuhanan gitu, tertariklah gue. Bener aja, pas gue baca, isinya emang lagi mendiskusikan tentang apa bukti Tuhan itu ada, di mana, dan kenapa ngga bisa dilihat. Gue pun ikutan kasih pendapat gue. Dasarnya banyak dari perenungan tentang kekompleksan ciptaan-Nya dengan kemungkinan kalau itu kebetulan. Beberapa fenomena yang buat gue amaze itu di antaranya politik kucing & makhluk lainnya (mereka bisa paham batasan daerah kekuasaan klan/individunya), dan kemampuan makhluk-makhluk kecil untuk langsung melakukan sesuatu begitu mereka lahir. Kayak... gimana mereka bisa tau apa yang harus dikerjain begitu lahir? Berkaitan dengan segala kompleksitas itu, ada kutipan tokoh Fred Hoyle, seorang astronomer ternama yang menemukan teori stellar nukleosintesis, dia mengatakan:
"The chance that higher life forms might have emerged through evolutionary processes is comparable with the chance that a tornado sweeping through a junk yard might assemble a Boeing 747 from the material therein." - Fred Hoyle
Arti dari quotes itu adalah peluang kehidupan yang lebih tinggi terbentuk melalui proses evolusi sebanding dengan peluang tornado yang menyapu lapangan sampah bisa membentuk pesawat boeing 747 dari material di sana. Maksudnya gimana? Maksudnya, pernyataan itu tuh nggak masuk akal. Karena emang kompleksitas makhluk hidup tuh serumit itu, bahkan jauh lebih rumit dari pesawat. Sel sebagai penyusun mahkluk hidup terkecil aja udah sangat rumit. Kalau pernah belajar biologi, kalian pasti pernah mempelajari sel kan? Berapa bab deh materi SMA tentang sel? Itu baru buku SMA, belum kuliah, apalagi buku penelitian. Dari proses duplikat selnya, proses seleksi zat yang bisa masuknya, sampai ketelitian penerjemahan DNA nya tuh sangat kompleks bangett. Terus prosesnya juga cepet dan ukurannya kecil banget. Multi fungsi, kecil pula. Mengatakan bahwa sel terbentuk karena kebetulan itu seperti mengatakan bahwa sebuah pesawat bisa terakit secara kebetulan. Ngga masuk akal, kan? Itulah kira-kira maksud pernyataan Fred Hoyle.
Gue pun menuliskan pendapat di kolom komentar, dan tadaam banyak yang love ❤ hehe. Terus banyak yang setuju juga. Senanglah gue. Sampai beberapa saat kemudian ada yang komentar "Oke, saya percaya Tuhan itu ada, tapi apakah benar Tuhan itu menciptakan agama?"
Gue, yang sebelumnya bahkan belum pernah kepikiran tentang itu berasa diskakmat. Nggak terima banget kalo dia bilang agama nggak ada, tapi apa daya, gue pun nggak bisa bales argumen dia. Dan yang paling bahayanya adalah logika gue ikut menagih bukti itu pada diri gue sendiri. Solat gue jadi nggak konsen dengan pemikiran-pemikiran "gimana kalo ternyata agama itu nggak ada". Di situ gue ngerasain banget gimana menderitanya hidup terombang-ambing tanpa tujuan. Gue terus mempertanyakan hal itu walaupun gue nggak pengen (Jadi kalau misalnya kalian ketemu dengan orang yang mempertanyakan hal ini ke kalian, jangan langsung suudzon ya, mikir kalo mereka mau mendoktrin kalian atau mau menantang ilmu agama kalian, karena siapa tau mereka bernasib seperti gue saat itu. Saat itu gue bener-bener butuh jawaban).
Gue pun searching di internet untuk tau jawabannya, sampai begadang-begadang. Tapi yang gue temukan justru tulisan para agnostik - iya, saat itu juga gue jadi tau kalau kepercayaan yang yakin pada Tuhan tapi tidak yakin kepada agama itu namanya agnostik - yang justru membuat gue semakin ragu. Apalagi gue terngiang dengan salah satu quotes mereka yang mengatakan "tuhan itu menciptakan alam semesta lalu tidur". Astagfirullah, rasanya gue berdosa banget mempertanyakan 'mungkinkah itu terjadi?'. Tapi saat itu kondisi gue pun memang sedang meragukan agama. Bahkan sempet terbesit juga di pikiran gue 'kalau ternyata agama itu tidak ada, gue mungkin nggak bakal mau hidup lagi?' Di saat itu, gue teringat dengan hadits Islam yang berbunyi:
“Tinggalkanlah segala yang meragukanmu dan ambillah yang tidak meragukanmu. Kejujuran akan mendatangkan ketenangan. Kedustaan akan mendatangkan kegelisahan.” (HR. Tirmidzi, no. 2518. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Gue pun termenung beberapa saat. Hadits ini membuat gue takjub karena itu berarti, kalau gue sedang meragukan agama pun, lebih baik ditinggalkan. Setidaknya seperti itulah penafsiran gue saat itu. Tapi justru hadits ini memberikan harapan kalau gue mencari dengan serius, Islam lah yang akan gue temukan. Tadinya gue memang takut kalau gue mencari tau lebih jauh lagi, gue malah akan semakin jauh dari Islam, tapi melalui hadits ini, justru gue merasa disuruh untuk segera mencari tau agar tidak ada lagi keraguan, juga rasanya kekhawatiran 'gimana kalau yang gue temukan justru bukan Islam' itu hilang.
Setelah itu, selama beberapa hari gue terus searching (status gue anak sekolahan, jadi nggak bisa cari tau sampe berkelana ke berbagai sumber gitu. Terus gue juga ngga cerita tentang kebingungan gue ke ortu. Takut ortu mikir yang engga engga), tapi semua hasil yang gue temuin nggak ada yang bikin gue tenang. Gue tetep ngerasa kurang, terus aja gitu. Mulai dari video Harun Yahya, gue jadi tau kalau banyak peristiwa alam yang baru diketahui dan sesuai dengan apa yang ada di Al-Qur'an. Tapi gue masih merasa kurang dan belum tenang. Terus gue mencari tau bukti kebenaran Al-Qur'an. Keajaiban bahwa keaslian Al-Qur'an tetap terjaga sampai sekarang sebenarnya udah menjadi bukti telak buat gue. Jasad Fir'aun yang udah jelas ditemukan sesuai dengan Al-Qur'an pun sama sekali nggak bisa gue bantah kebenarannya, tapi entah kenapa gue masih belum tenang.
Gue pun mencoba menelusuri dari sejarah Rasulullah, tapi gue nggak tau dari mana gue bisa mendapatkan sumber sejarah di arab yang bener-bener valid. Terus pertanyaan-pertanyaan lainnya tentang "bener nggak sih nabi-nabi itu pernah ada" muncul di otak gue. Parah banget. Dari dulu gue memang meragukan sejarah (sejarah secara keseluruhan, kecuali yang memang disebutkan dalam Al-Quran. Tapi kondisi gue saat itu gue sedang ragu dengan Al-Qur'an), karena banyak yang dibelokkan, disembunyikan, atau diubah. Di titik inilah gue bener-bener bingung harus cari ke mana lagi.
Dan selama gue belum menemukan jawaban itu, gue terus terbayang-bayang. Di kelas nggak fokus, solat gue rasanya hambar, pokoknya hidup gue rasanya nggak tenang bangett. Gue baru tau kalau rasa nggak tenang itu bisa bikin seseorang nggak ngerasain bahagia mungkin? Mungkin kedengerannya lebay, tapi serius rasanya menderita banget. Hambar aja gitu semuanya.
Gue rasanya udah capek karena walaupun gue udah dapet banyak info tentang bukti kebenaran Al-Qur'an, dll, gue tetep nggak ngerasa puas. Gue juga saat itu marah sama diri gue sendiri karena gue tetep nggak tenang dan ngga merasa puas. Tapi gue nggak mau berhenti cari tau, karena gue nggak mau dalam kondisi kayak gitu terus. Gue juga berdoa sama Allah minta petunjuk, sampe mau nangis -gue lupa gue nangis atau engga. Bahkan saat gue doa pun gue merasa bersalah karena gue berdoa ke Allah padahal gue lagi ragu sama Islam. Kind of feeling thats hard to tell.
Besoknya abis pulang sekolah, gue ke kajian Islam deket rumah (gue emang dari lama ikut kajian itu, tapi biasanya bolong-bolong). Gue berharap banget bisa dapet hidayah lewat kajian itu. Tapi lagi-lagi gue ngerasa hambar, padahal biasanya pematerinya bisa ngebuat gue 'wahhh' sama sudut pandangnya. Gue ngefans sama beliau, beliau sering ngebahas hal-hal dalam Islam yang mungkin tadinya kerasa biasa, dalam sudut pandang lain yang bisa bikin gue 'wahhhh ternyata gitu ya!' Tapi hari itu gue nggak ngerasain hal itu. Di situ gue bener-bener sedih. Kayak udah gatau lagi harus gimana. Tapi gue tetep dengerin pematerinya.
Terus tiba-tiba pikiran gue memikirkan tentang sejarah Islam yang berhubungan dengan sejarah Kristen, Yahudi, dan agama lainnya. Gue yakin banget kalau pak pemateri lagi nggak bahas tentang itu, dan itu bener-bener tiba-tiba. Dan gue pun saat itu tersadar kalau bukti bahwa sejarah yang diceritakan dalam Al-Quran benar-benar terjadi adalah dengan adanya agama Nasrani dan Yahudi ada saat ini. Dengan adanya beberapa nabi yang sama dalam agama yang berbeda, menunjukkan bahwa sejarah tentang nabi-nabi itu memang benar-benar pernah terjadi. Hal itu seakan menunjukkan bahwa awal dari agama-agama yang ada saat ini berawal dari satu sumber yang kemudian diselewengkan di beberapa kurun waktu tertentu, dan agama-agama ada hingga kini untuk menunjukkan bahwa sejarah itu benar-benar pernah terjadi. Bahwa penyelewengan itu nyata, dan bahwa wahyu itu memang ada. Di situ gue merasa sangat bersyukur atas petunjuk itu. Padahal pembahasan kajian di sana saat itu nggak berhubungan sama sekali dengan apa yang tiba-tiba gue pikirkan itu. Jawaban yang bisa bikin kebimbangan hilang itu pun bukan suatu logika filsafat yang sangat rumit, atau bukti arkeolog tentang sejarah, tapi hanyalah kesadaran bahwa agama Nasrani dan Yahudi itu ada hingga saat ini. Subhanallah, memang Allah yang maha pemberi hidayah. Alhamdulillah.
Seiring berjalan waktu, gue menemukan fakta-fakta tentang Israel yang justru membuat gue semakin yakin dengan Islam. Mungkin kalian pernah mendengar bahwa Israel memblokir Al-Aqsa dan hampir merobohkannya? Gue menonton berita luar negri tentang penggalian oleh Israel di sekeliling Ka'bah yang ternyata sudah lama mereka mereka lakukan dan menggunakan biaya yang sangat mahal. Di berita tersebut dilakukan wawancara dengan koordinator penggalian tersebut, si koordinator mengatakan bahwa itu untuk keperluan situs sejarah yaitu penggalian istana king of solomon (istana nabi Sulaiman), dan posisinya ada di bawah masjid Al-Aqsa. Tapi gue bukannya tiba-tiba iseng cari tau tentang itu, awalnya gue nonton video ceramah ustadz Abdul Somad tentang israel di https://youtu.be/2lUAtj1wacw. Kalo dapet info gitu gue suka search lagi biar gue makin sadar, dan fakta-fakta yang beliau sampaikan tentang israel mulai dari nanem pohon di mana-mana, pohon gharqad di Israel yang tiba-tiba terbakar dan nggak mati-mati, sampai bahwa kitab Yahudi memerintahkan mereka untuk berkumpul ke king of Solomons gue temukan benar adanya. Mungkin kalian kalo penasaran bisa search juga, pake keyword bahasa inggris biar yang keluar berita dari mereka sendiri hehe.
Dari pengalaman gue ini, gue merasakan betapa berharganya kesadaran akan berislam, kesadaran memilih agama dan kesadaran bahwa surga dan neraka itu nyata, sangat nyata. Kalau dari Ali Bin Abi Thalib, beliau gambarkan perumpamaan dunia dan akhirat itu: dunia itu hanyalah mimpi dan saat bangun dari mimpi, itulah akhirat. Namun dunia bukan sekedar mimpi saat kita tidur, namun mimpi yang menentukan keberlangsungan kehidupan nyata kita, yaitu kehidupan akhirat.
Tapi yang pasti, kalau kalian terfikir pertanyaan-pertanyaan semacam gitu jangan takut itu tabu. Karena kalau dipendem terus, nanti yang ada malah mati rasa excitement (rasa penasaran, ketertarikan) dengan Islamnya. Dari situlah banyak yang jadi nggak peka dengan Islam, ngga sadar dalam berislam. Mungkin itu pertanda ada pertanyaan dalam diri, keraguan dalam diri, yang perlu diyakinkan. Pertanyaan yang sebelumnya dianggap tabu, lancang. Padahal dalam haditsnya, justru kita diperintahkan untuk meninggalkan yang ragu. Sedangkan jika belum tahu kebenarannya, untuk mengikuti ragu, meninggalkannya pun juga ragu. Jadi harus meninggalkannya yang mana? Itu berarti kita harus ikhtiar supaya diberikan keyakinan. Jika benar kita meyakini Al-Qur'an, tentu kita tidak akan takut jika tidak akan diberi petunjuk setelah bersusah payah mencarinya, karena Allah sudah menjanjikan petunjuk bagi orang-orang yang sungguh-sungguh mencarinya.
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS al-‘Ankabuut: 69)
Namun perlu kita pahami juga, kalau pengetahuan kita itu sebatas apa yang Pencipta kita izinkan untuk tau:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit"." (QS. Al Isra: 85)
Di satu sisi, kita perlu ikhtiar untuk menjadi orang yang pantas ditunjukkan-Nya jalan, mencari & berdoa, sampai diarahkan-Nya kita pada jalan yang sebenar-benarnya. Tapi di sisi lain, kita harus selalu lurusin niat lagi, jangan sampai niatnya berbelok jadi ingin membuktikan segala sesuatu, seakan-akan semua kehendak-Nya harus masuk akal manusia untuk bisa diterima. Padahal pengetahuan kita hanya setetes dari segala ilmu-Nya, dan kuasa-Nya pun ngga pernah perlu izin atau validasi dari kita ciptaan-Nya.
Tentang stigma tabu & kurangnya keyakinan akan janji Allah untuk orang yang bersungguh-sungguh mencari ridho-Nya ini masih jadi fenomena di lingkungan kita sekarang ini. Sebagian, bahkan mungkin kebanyakan orang khawatir untuk ikut kajian-kajian, takutnya sesat dll. Padahal Allah sudah berjanji akan memberikan petunjuk jika kita mencarinya dengan sungguh-sungguh. Dan masih ragu kah kita dengan janji Allah?
Melalui tulisan ini, gue murni ingin membagikan pengalaman gue yang sangat mempengaruhi hidup gue. Bagi kalian yang masih bertanya-tanya, semangat ya cari petunjuknya! Tapi jangan tanya ke gue karena gue bukan sumber yang tepat untuk menjawab pertanyaan-pernyataan filosofis kalian, ilmu gue masih cetek. Selain itu juga hal yang bisa menjadi jawaban bagi gue di sini belum tentu bisa menjadi jawaban bagi kalian yang merasakan hal yang sama. Itu pula yang gue rasakan saat membaca artikel-artikel dan cerita-cerita orang saat dalam kondisi itu. Banyak orang yang dengan membaca artikel itu jadi merasa tenang dan tercerahkan, tapi gue tetep ngerasa nggak tenang. InsyaAllah tulisan ini bisa menguatkan iman kita, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh 👋